banyak memberi banyak menerima

banyak memberi banyak menerima

Senin, 02 April 2012

Pemimpin yang selalu ada


Pemimpin yang selalu ada

Seorang pemimpin adalah inspirator bagi anak buahnya. Kesuksesan seorang pemimpin serta chief executive officer (CEO) perusahaan sangat dipengaruhi kemampuannya dalam membuat sesuatu yang tidak ada menjadi ada atau "mengada".
Pemimpin perusahaan harus jeli melihat segala sesuatu di sekitarnya menjadi hal yang lebih bernilai. Tak hanya menangkap peluang bisnis, termasuk juga dalam dinamika dalam perusahaannya.
Misalkan dalam hal berinovasi produk. Walau memiliki divisi khusus riset, peranan CEO memunculkan ide-ide sangat penting. CEO harus mampu melihat hal-hal mendasar yang terkesan sederhana, setelah dirancang sedemikian rupa mampu menjadi suatu yang berharga.
Contoh sederhana dalam bisnis yang saya geluti yaitu laundry. Dalam proses produksi, ada suatu fakta bahwa kualitas air di tiap daerah berbeda-beda. Ada yang bagus, namun di beberapa tempat kualitas airnya buruk dan penuh bakteri.
Air berkualitas buruk menjadi hambatan besar bisnis saya. Kualitas dan kebersihan air sangat penting dalam bisnis laundry. Bayi dan orang yang memiliki kulit sensitif akan merasa gatal ketika menggunakan pakaian yang dicuci dengan air berkualitas buruk, sekalipun menggunakan detergen kualitas terbaik. Apa solusinya?
Saya lantas teringat proses produksi di gerai air minum isi ulang. Ada proses sterilisasi air dengan sinar ultraviolet hingga bisa diminum. Dari sini, tercetus ide untuk menerapkan proses sterilisasi air pada bisnislaundry, seperti pada gerai air isi ulang.
Ide ini saya lemparkan ke divisi riset kami. Hasilnya, kami berhasil membuat alat steril air yang dipasang di pipa air menuju mesin produksi. Ide sederhana ini memecahkan kendala kebersihan (hygienis) air.
Alat itu kini telah dipasang di ratusan gerai Simply Fresh Laundry. Bahkan kami mendapat penghargaan Rekor MURI sebagai laundry kiloan pertama yang menggunakan teknologi ultraviolet.
Hal lain dalam kemampuan "mengada" seorang CEO adalah saat dihadapkan pada pertumbuhan bisnis beberapa outlet kami yang kurang baik atau tidak sesuai target. Berbulan-bulan staf, supervisor, sampai manajer tidak mampu mengatasi kendala ini.
Sebagai pemimpin mereka, saya harus turun untuk membantu mengatasinya. Ternyata solusinya sangat sederhana dan ada di depan mata mereka, tapi kesulitan memformulasikannya sebagai solusi atas problem.
Kesimpulannya, untuk memecahkan suatu persoalan kita harus keluar dulu dari masalah itu. Ibarat melihat suatu benda yang kecil, jika benda terlalu dekat dengan mata maka tidak akan terlihat dengan jelas (buram). Setelah benda kita jauhkan akhirnya kita dapat melihat dengan jelas benda tersebut.
Kemampuan ini sangat dipengaruhi salah satu kecerdasan yang harus kita latih, yaitu kecerdasan emosional atau emotional quotient (EQ). EQ yaitu kemampuan mengendalikan emosi yang ada di dalam hati. Dengan kecerdasan EQ, otomatis kecerdasan intellectual quotient (IQ) akan ikut meningkat dengan sendirinya.
Dengan EQ dan IQ yang seimbang maka ide-ide yang out of the box, dan kemampuan mengatasi problem akan menjadi terasa mudah. Berdasar penelitian, orang yang mudah emosi hatinya selalu tidak tenang dan akan menurunkan kecerdasan otak atau IQ. Untuk itu wajib bagi seorang pemimpin menggali  dan menyeimbangkan kemampuan tersebut.
Salam sukses selalu.