banyak memberi banyak menerima

banyak memberi banyak menerima

Senin, 28 Desember 2020

Masalah



Biasanya masalah muncul ketika hasil tidak sesuai ekspektasi yang diharapkannya.


Padahal bicara urusan hasil itu berada di wilayah yang “menguasai manusia”.


Tugas kita berusaha di area ikhtiar yaitu wilayah yang “dikuasai manusia”.


Namun juga tidak berarti “mendewakan” ikhtiar sebagai penyebab utama.


Ada yang ikhtiarnya biasa saja tapi hasil lebih terasa.


Sebaliknya ada yang sudah usaha habis-habisan tak juga ada secercah cahaya.


Karena hasil adalah hak mutlak Allah SWT  kepada hamba-Nya.


Bisa jadi diri banyak dosa di masa lalu, diberikan kesusahan sebagai penghapus dosa.


Tugas kita tetap berada dijalan yang lurus istiqomah dalam taat kepada-Nya


Jalani kehidupan dengan penuh sabar, syukur, dan ikhlas dari setiap yang menimpa.


Allah Maha Pengasih, semoga akan berbalas berkah dan surga.

 

Salam Sukses Berkah Berlimpah!

Jumat, 25 Desember 2020

Takut Kegelapan

Life is choice


Manusia bebas memilih makanan sesuai dengan selera dan hobinya, bisa memilih makan soto, siomay, sate, ikan bakar, tengkleng, atau bahkan steak wagyu impor yang lezat itu.. 


Manusia juga bisa dipersilahkan untuk memilih pekerjaan, hoby, teman, guru, jurusan, tempat kuliah, bahkan jodoh sesuai dengan selera dan keinginan masing-masing..


Akan tetapi yang harus diingat bahwa Manusia harus siap menanggung konsekuensi dari setiap pilihannya tersebut.


Berani makan yang pedas, maka berani kepedasan. Berani makan pete/jengkol, maka berani pula tanggung resiko kena baunya. Juga berani berdakwah, maka berani di cap radikal #eh 


Ingat baik-baik “konsekuensi yang menurut kita baik belum tentu baik di mata Allah SWT” 


Juga “konsekuensi yang menurut kita buruk belum tentu buruk di mata Allah SWT” 


Karena bisa jadi disanalah letak kebaikan yang besar berupa pahala tanpa batas, seperti ayat berikut :


“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. (QS. Az Zumar: 10)


“Tidaklah seorang muslim terkena penyakit, atau penyakit menahun, atau kecemasan, kesedihan, disakiti, kesusahan, sampai sebuah duri yang menancap pun kecuali Alloh akan mengampuni sebagian dosa-dosanya”. (HR. Bukhori: 5642 dan Muslim: 2573 dari hadits Abu Sa’id dan Abu Hurairah)


Hidup adalah pilihan.. 


Tidak ada kesuksesan hidup yang bisa diraih dengan kemudahan. 


Apalagi untuk sukses hidup dunia akhirat, tentu tantangannya double.


Hanya untuk para pemberani saja..


Salam Sukses Berkah Berlimpah!


Follow @agungnsofficial

Follow @agungnsofficial

Follow @agungnsofficial


#motivasipebisnis 

#motivasikaya #motivasihidupku #motivasijiwa #inspirasikebaikan #inspirasihijrah #inspirasikeluarga #hijrahmuslim #hijrahnyamuslim #hijrahtime #hijrahbersama #hijrahindonesia #katahijrah #islaminfo #suksesduniaakhirat #suksesbisnis #suksesmulia #suksesterus #suksestanpariba #suksesberkah #bebashutang #bebashutangdanriba 

Selasa, 22 Desember 2020

Akal


Sejatinya, Allah SWT telah menyimpan fitrah yang suci pada hati manusia. 


Fitrah ini akan mengatakan "tidak" terhadap perilaku maksiat sekecil apapun. 


Boleh jadi orang sudah terbiasa dengan kemaksiatan/kedurhakaan-hingga ia tidak risih lagi melakukannya, namun hati kecilnya tidak akan bisa dibohongi.


Ketika seseorang melakukan kemaksiatan, maka hatinya selalu mengatakan tidak dan menolak perilaku tersebut.


Pada suatu waktu, bisa jadi, orang akan menganggap buruk sebuah kebaikan. 


Ketika sedang benci kepada seseorang, biasanya sebaik apapun amal yang dilakukan orang tersebut, dia melihatnya sebagai kejelekan.


Karena itu, kalau ukuran kebaikan disandarkan pada pendapat manusia, maka akan relatif sifatnya. 


Sedangkan yang namanya kebaikan tidak bisa "direlatifkan". 


Salah satu cara memahami sebuah kejadian adalah dengan MUHASABAH, benar-benar merenungi penuh kejujuran melihat kejadian secara menyeluruh berlandaskan perintah dan larangan Allah.


Rasulullah SAW bersabda: "Kebaikan adalah akhlak terpuji, sedangkan dosa adalah apa yang meresahkan jiwamu dan engkau tidak suka jika diketahui manusia" (HR Muslim). 


Rasulullah SAW mengungkapkan tanda-tanda buruknya sebuah perbuatan. Yaitu, tanda yang bersifat internal datang dari dalam diri berupa gelisahnya hati dan rasa sesak dalam dada (gundah gulana). 


Walaupun semua orang mengatakan (memfatwakan) kebenaran perbuatan tersebut. 


Tanda kedua bersifat eksternal datang dari luar, yaitu berupa keengganan untuk diketahui orang lain atas FAKTA Kejadian SEBENARNYA. 


Itulah sebabnya setiap prilaku maksiat cenderung dilakukan secara sembunyi-sembunyi, tidak mau diketahui dan menutup-nutupi.


Maka diperlukan Muhasabah diri kedepankan kejernihan hati, gunakan akal untuk memahami, dan memutus atas dasar yang hakiki.

Sabtu, 19 Desember 2020

Sombong

Banyak hal dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dikategorikan kesombongan. Celakanya, kerap kali kita tidak menyadarinya.  Maafkan hamba ya Rabb.


Termaktub dalam kitab Al-'Ilmi,  ilmu akan menghindar dari orang yang sombong dan selalu merasa dirinya lebih tinggi dari yang lain. 


Ibarat air, ia selalu menghindari tempat yang tinggi. Sebab, tempat yang tinggi akan menyingkirkan aliran air ke kanan atau kiri dan tidak akan ada yang tergenang di atasnya. 


Begitu pula halnya dengan ilmu, tidak akan menetap bersama kesombongan dan keangkuhan, bahkan bisa jadi ilmu itu tercabut karena kesombongan tersebut.


Karena sifat sombongnya, seseorang selalu menganggap apa yang diucapkannya benar, sedangkan orang lain salah. Orang sombong, menurut al-Utsaimin, biasanya gila pujian. 


Jika mengetahui banyak orang memujinya, ia girang bukan main dan bertambahlah keangkuhannya. Selain karena merasa banyak ilmu, tak sedikit pula orang yang menjadi sombong lantaran banyak harta.


Seorang yang alim atau memiliki pengetahuan agama yang baik, menurut al-Utsaimin, tidak selayaknya bersikap seperti orang kaya, di mana setiap kali bertambah ilmunya bertambah pula kesombongannya. 


Mestinya, setiap kali bertambah ilmu bertambah pula tawadhunya (rendah hati). Contohlah akhlak Nabi Muhammad SAW. Beliau senantiasa tawadhu pada kebenaran dan tawadhu pula kepada sesama. 


Begitu juga dengan kita, terlebih kepada orang yang seharusnya dihormatinya (guru, ulama, ustadz, orang tua, suami).


"Sombong itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia." (HR Muslim).

Jumat, 18 Desember 2020

Ada harga ada rupa

Ada Harga Ada Rupa begitulah ungkapan dari suatu barang berkualitas.


Juga jangan berekspektasi lebih terhadap sesuatu yang murah.


Kalau untuk benda aja begitu Apalagi untuk hal yang semua orang beriman inginkan.


Yaitu surga di akhirat kelak. Tentu tidaklah murah.


“Ketahuilah, sesungguhnya barang dagangan Allah itu mahal. Ketahuilah, sesungguhnya barang dagangan Allah itu adalah surga." (HR. Al-Tirmidzi)


Surga itu mahal harganya. Kenikmatannya tak tertandingi.


Sedikit saja kenikmatannya melebihi seluruh kenikmatan dunia dan seisinya. 


Siapa yang mau masuk surga maka pada dasarnya harus membelinya dengan sesuatu yang paling berharga yang dimilikinya. 


Sesuatu yang berharga tentu berbeda jenis dan kadarnya masing-masing orang.


Butuh perjuangan, pengorbanan, ujian dan kesabaran yang tak mudah.


Hanya mereka yang menggenggam kuat teguh dijalan taat yang mampu.

Senin, 14 Desember 2020

Pecint dunia

“Pecinta dunia tidak akan terlepas dari tiga hal: 

(1) Kesedihan (kegelisahan) yang terus-menerus, 
(2) Kecapekan (keletihan) yang berkelanjutan, dan 
(3) Kerugian yang tidak pernah berhenti.”
[Ighâtsatul Lahafân (I/87-88) 

Keinginan manusia itu tak ada batasnya, bila diberi satu gunung emas pun akan minta gunung emas yang lain.

jangan turuti keinginan yang hanya membawa kepada nestapa.

Ingat hidup hanya sesaat, habiskan waktu untuk bekal akhirat.

Bicara dengan dalil bukan dalih

Bila standar baik-buruk adalah perasaan maka kacaulah kehidupan ini.

Seperti yang sering terjadi sekarang ini.

Yang satu berkata A itu benar, yg lain berkata B yang benar, terus begitu tiada henti.

Akal manusia itu terbatas, bagi orang yg mengaku beriman harusnya hanya standar Allah SWT yang dijadikan rujukan diri.

Kalau perasaan jadi acuan tentu hukum rajam, potong tangan dan qisos terlihat nampak kejam sekali.

Jadikan standar syariat dalam mengukur sebuah peristiwa yang tervalidasi.

Bukan dengan dalih, menggunakan dalil umum untuk menjudge, padahal ada dalil khusus dari suatu peristiwa hakiki.

Maka diperlukan ilmu, setidaknya paham ushul fiqih atau bertanya kepada ulama sejati.

Begitu kalau benar-benar kebenaran yang dicari

Mau kemana ?

Sebenarnya engkau hendak kemana ?

Apakah hanya untuk mengejar nikmat dunia fana ?

Kalau hanya itu maka puaskan dan bersenang-senanglah saja.

Namun bila tujuanmu menuju surga-Nya.

Maka berbekallah dengan ilmu agama.

Berperilakulah dengan panduan-Nya

Bersabar atas setiap ujian-Nya

Bersyukur atas setiap nikmat-Nya

Bertawakal hanya kepada-Nya

Berjuang menegakkan kalimat-Nya

Lelah, letih, sedih, kecewa, ujian, cobaan, kesulitan, dan semua derita adalah bagian dari penghapus dosa yang juga jalan menuju surga.

Bila tak mau itu semua silahkan bersenang-senang saja.

Berbahagialah dengan segala nikmat fana dunia.



Senin, 07 Desember 2020

Pecinta Dunia

“Pecinta dunia tidak akan terlepas dari tiga hal: 

(1) Kesedihan (kegelisahan) yang terus-menerus, 
(2) Kecapekan (keletihan) yang berkelanjutan, dan 
(3) Kerugian yang tidak pernah berhenti.”
[Ighâtsatul Lahafân (I/87-88) 

Keinginan manusia itu tak ada batasnya, bila diberi satu gunung emas pun akan minta gunung emas yang lain.

jangan turuti keinginan yang hanya membawa kepada nestapa.

Ingat hidup hanya sesaat, habiskan waktu untuk bekal akhirat.

Minggu, 06 Desember 2020

Dunia Semu

Sebuah pohon tampak tinggi kokoh menjulang kuat.


Membuat siapapun takjub melihat.


Namun ketika angin datang menerjang dahsyat.


Seketika pohon ambruk karena akar yang tak kuat.



Demikianlah kehidupan dunia tampaknya.


Tampak indah, nikmat, menyenangkan jiwa.


Namun banyak yang sejatinya kosong tak berisi dan hampa.


Efek tampak depannya saja. 


Menampilkan bukan wujud aslinya.


Kembalilah kepada hakikat kehidupan untuk apa.


Yaitu tempat ujian dan cobaan dunia.


Untuk buktikan siapa yang taat dan benar bertakwa.


Terus Kuatkan akar pohon kehidupan nyata.


Yaitu dengan sabar, syukur, tawakal, ikhlas yang dipandu ilmu agama.

Selasa, 01 Desember 2020

Kejar akhirat dapat dunia


“Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. 


Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.” (Hadits Shahih - Imam Ahmad)


Pertama membaca hadits ini sekitar 10 tahun lalu, seketika itu juga saya tertegun, betapa indah dan sarat akan makna.


Sebuah paradoks yang melampaui akal logika manusia yang terbatas.


Persis seperti konsep banyak berbagi banyak menerima.


Benar-benar bisa dipahami ketika perkara akidah sudah bulat 100%, tidak ada keraguan sedikitpun.


Hati menjadi tenang, tidak diperbudak oleh dunia yang fana.


Namun justru dunia tunduk hina, tidak menjadikan keinginan/perasaan menguasai diri. 


Hamba bertaubat kepada-Mu Ya Rabb bila selama ini tujuan hidup masih didominasi hal keduniawian.


Berilah petunjuk-Mu jalan yang lurus, jalan yang Engkau beri nikmat, bukan jalan yang dimurkai, dan bukan jalan yang sesat.


Salam Sukses Berkah Berlimpah!

Ikhtiar, doa, tawakal


Ada tulisan lucu di sebuah truk 

“Kerja nggak mau..

Ibadah nggak pernah..

Hobi keluyuran..

Sering Update status ‘akan indah pada waktunya..’

Woy Bangun ! Tidurmu kelamaan!”


Hehe saya hanya bisa tersenyum simpul.


Demikianlah masih banyak yang belum bisa membedakan mana area yang dikuasai manusia, dan mana area yang menguasai manusia.


Area yang dikuasai manusia yaitu area yang berada dalam kendalinya, manusia bisa berkehendak disini. 


Dalam area ini juga sudah diperintahkan Allah SWT harus berbuat apa, yaitu perintah ikhtiar, berdoa, tawakal dan sedekah misal dalam konteks rezeki.


Sedangkan area yang menguasai manusia yaitu terkait hasil akhir nya merupakan hak mutlak dari Allah SWT. 


Besar kecilnya, dikabulkan tidaknya itu Allah yang menentukan. 


Tugas kita berusaha maksimal terhadap upaya-upaya pada area yang dikuasai. Karena itu perintah Allah juga.


Jadi guru saya katakan “belum dibilang bertawakal kalau proses ikhtiar tidak dilakukan”.


Salam Sukses Berkah Berlimpah!