Menggapai Kesuksesan Hakiki
Hal BESAR di awali dari sesuatu yang kecil. Begitu pula dalam menggapai kesuksesan, tidak ada yang instan semua butuh proses dan perjuangan. Inilah blog mengenai perjalanan, pengalaman, pembelajaran, petunjuk, hidayah dan PERJUANGAN. Semoga kita dapat menggapai kesuksesan hidup di dunia dan akhirat.
banyak memberi banyak menerima
Jumat, 06 Desember 2024
4 Penyebab Hati Gelisah
Jumat, 08 November 2024
Prioritas Amal
Prioritas Amal
Dalam keseharian sering kita berada dalam kondisi benturan kondisi, bingung mana yang hendak didahulukan.
Ust Dwi Condro dalam Kajian Fiqih Aulawiyah katakan Untuk menentukan prioritas dalam beramal, kita tidak boleh hanya mengandalkan logika.
Tidak boleh hanya mengandalkan pertimbangan manfa’at dan mudharat.
Tidak boleh hanya mengandalkan kesesuaian dengan hawa nafsunya.
Bila terjadi “benturan” dalam beramal, bagaimana membuat skala prioritasnya?
1.Bila mubah bertemu sunnah, maka yang sunnah harus didahulukan. Misal dahulukan sholat dhuha (sunnah) daripada aktivitas nonton film.
2.Bila sunnah bertemu wajib, maka yang wajib harus didahulukan. Misal dahulukan membayar utang (wajib) daripada sedekah (sunnah).
3.Bila wajib bertemu wajib, mana yang harus didahulukan? Fardlu ‘ain harus didahulukan dari fardlu kifayah.Namun harus diingat, fardlu kifayah bisa juga menjadi fardlu ‘ain, apabila pelaksanaannya belum sempurna.
Kesimpulannya urutan Prioritas amal:
1. Amalan wajib yang bersifat dharuriyat (Jika tidak terwujud, maka kehidupan manusia akan
hancur atau musnah)
2. Amalan wajib yang bersifat dharuriyat di bawahnya.
3. Amalan wajib yang bersifat hajiyat (Jika tidak terwujud, maka kehidupan manusia hanya akan mengalami kesukaran.)
4. Amalan wajib yang bersifat tahsiniyat (Jika tidak terwujud, maka kehidupan manusia hanya akan kurang sempurna , tidak harmonis, kurang indah.)
5. Amalan wajib kifayah.
6. Amalan yang sunnah.
7. Amalan yang mubah.
Skala prioritas perkara dharuriyat :
1. Hifdzud-din. Menjaga agama.
2. Hifdzun-nafs. Menjaga jiwa.
3. Hifdzun-nasl. Menjaga keturunan.
4. Hifdzul-karamah. Menjaga kehormatan.
5. Hifdzul-aql. Menjaga akal.
6. Hifdzul-mal. Menjaga harta.
Contoh :
1.Memberi nafkah untuk kebutuhan makan adalah perkara dharuriyat. Kebolehan berhutang untuk nafkah adalah perkara hajiyat. Membayar hutang tepat waktu adalah perkara tahsiniyat. Jika uang terbatas, maka memberi nafkah harus didahulukan dari membayar hutang
2. Makan untuk menjaga jiwa adalah perkara dharuriyat. Kewajiban mencari nafkah dengan berburu adalah perkara hajiyat. Kewajiban makan daging yang halal adalah perkara tahsiniyat. Jika di hutan tidak ditemukan binatang buruan kecuali babi, maka makan daging babi untuk menjaga jiwa harus didahulukan.
Minggu, 03 November 2024
Kecerdasan tampak dari adab
Kecerdasan Tampak Dari Adab
KH hafidz Abdurahman menyampaikan dalam satu kajian wali santri bahwa kesempurnaan akal (kecerdasan) terpancar dari adabnya (akhlak yang mulia).
Artinya tanda akal seseorang yang belum sempurna (bodoh) juga terpancar dari buruknya adab.
Berperilaku bukan melalui proses berpikir (akal), tapi PERASAAN-nyalah yang menjadi FAKTA.
Perasaan yang buruk membuat semua fakta sebaik apapun dipandang buruk.
Fenomena yang dalam bahasa jawa disebut sebagai Gebyah Uyah / menyamaratakan sesuatu yang berbeda menjadi versi nya sendiri.
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. A’raf : 179)
Rabu, 09 Oktober 2024
Karakter Jiwa Kesatria
Dalam kitab Ma’ayir Rujulah karya syeikh sholih Matar Disebutkan bahwa Jiwa ksatria /Rujulah yang harus dimiliki oleh laki-laki dan perempuan
berdasar Al-Qur'an dan Hadits Nabi menyebut Rujulah dengan kriteria:
[1] Mengikuti Nabi dan Rasul'
[2] Mendirikan shalat, menunaikan zakat;
[3] Menjaga kebersihan'
[4] Kuat, tegas dan tegar;
[5) Sanggup mengemban tugas keagamaan;
[6] Cerdas;
[7] Takut kepada Allah;
[8] Mengutamakan orang lain;
[9] Baik;
[10] Berbuat Ihsan; [11] Amar Makruf dan Nahi Munkar; [12] Memberi nasihat
Hubungan antara rujulah dengan akhlak yang baik : [13] Qanaah (merasa cukup/rela atas pemberian Allah) [14] Tawadhu (tidak sombong) [15] Menjaga Lisan [16] Ambisius [17] Berani [18] Dermawan [19] Pemaaf dan Penyabar [20] sabar [21] Amanah [22] Izzah [23] Adil [24] Mengakui Kelebihan Orang Lain [25] Menjaga Iffah (kesucian hati dengan mata , pendengaran, lisan dijaga) [26] Tafaul (optimis) [27] Mempunyai tujuan / target [28] Menjaga Muruah (harga diri) [29] Bersih [30] Mempunyai Ghiroh [31] Berilmu [32] Punya Rasa Malu [33] siap memikul tanggung jawab (bekerja/maisah, tanggung jawab politik,dsb) [34 ] Takwa [35] Taubat [36] memanfaatkan waktu [37] Mempunyai Himmah (cita-cita) yang tinggi [38] Bijak [39] Teguh, Tegar, dan Konsisten [40] Berhias dengan adab yang baik [41] Positif dalam berpikir dan tindakan [42] tawazun (seimbang) dan tawasuth (tidak ekstrem) [43] Menunaikan janji dan komitmen [44] Mengevaluasi dan menerangi jiwa (nafsu) [45] Penuh Kasih Sayang [46] Jujur
Bukan karakter Rujulah: [1] Sombong (angkuh]; [2] Taswif (suka menunda pekerjaan); [3] Mudah putus asa;[4] Mudah marah tidak karuan/tidak jelas; [5] Ghibah dan namimah; [6] Tergesa-gesa; [7] Merendahkan dan meremehkan orang lain; [7] Menyebarkan keburukan; [8] Mengingkari kebaikan orang; [9] Bakhil (pelit); [10] Tamak (rakus/serakah); [11] Hasad; [12] Mulut culas; [13] Malas; [14] Lemah himmah; [15] Berburuk sangka; [16] Dungu; [17] Menipu; [18] Bodoh; [19] Cabul dan bermulut kotor; [20] Berkhianat, dan tidak mempunyai komitmen kuat.
Rabu, 14 Agustus 2024
Quote Islami
“Siapa saja yang tidak sabar atas kesulitan dalam belajar, pasti umurnya dia habiskan dalam kesesatan akibat kebodohan. Sebaliknya, siapa saja yang sabar dalam belajar, ia akan meraih kemuliaan di dunia dan akhirat” (Ibnu Jamaah, Tadzkirah as-Saami’ wa al-Mutakallim, hlm 91).
Sabtu, 03 Agustus 2024
Potensi Akal
Kamis, 18 Juli 2024
Niat Lurus Itu Menguatkan
NIAT LURUS ITU MENGUATKAN
Dalam kegiatan pengajian seluruh karyawan @tengklengbalak saya berpesan
“Sayang sekali kalau aktivitas bekerja tidak menjadi ladang pahala. Yaitu kerja dengan niat ibadah untuk gapai Ridho Allah SWT”
Rasulullah SAW bersabda
“Hanyalah amalan-amalan itu tergantung dengan niatnya dan setiap orang mendapatkan apa yang dia niatkan….”
(Sahih, HR. al-Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907)
Luar biasanya niat yang lurus itu menguatkan pelakunya. Kuat secara fisik dan kuat secara mental.
Segala aktivitas yang niatnya karena Allah (untuk dapat ridho-Nya), maka aktivitas berat jadi terasa ringan. Ya Karena perasaan ikhlas menguatkannya.
Sebaliknya yang niatnya dunia semata (harta, kedudukan, kepuasan, perasaan) semua terasa berat. Apalagi saat kesulitan menjerat.
Jadi kalau mudah putus asa, frustasi, sakit hati, patah arang.. maka cek kembali. Jangan-jangan salah niat!
Karena NIAT yang LURUS itu menguatkan!
Silahkan buktikan..