banyak memberi banyak menerima

banyak memberi banyak menerima

Jumat, 08 November 2024

Prioritas Amal

Prioritas Amal 


Dalam keseharian sering kita berada dalam kondisi benturan kondisi, bingung mana yang hendak didahulukan.


Ust Dwi Condro dalam Kajian Fiqih Aulawiyah katakan Untuk menentukan prioritas dalam beramal, kita tidak boleh hanya mengandalkan logika. 


Tidak boleh hanya mengandalkan pertimbangan manfa’at dan mudharat.

Tidak boleh hanya mengandalkan kesesuaian dengan hawa nafsunya.


Bila terjadi “benturan” dalam beramal, bagaimana membuat skala prioritasnya?


1.Bila mubah bertemu sunnah, maka yang sunnah harus didahulukan. Misal dahulukan sholat dhuha (sunnah) daripada aktivitas nonton film.


2.Bila sunnah bertemu wajib, maka yang wajib harus didahulukan. Misal dahulukan membayar utang (wajib) daripada sedekah (sunnah).


3.Bila wajib bertemu wajib, mana yang harus didahulukan? Fardlu ‘ain harus didahulukan dari fardlu kifayah.Namun harus diingat, fardlu kifayah bisa juga menjadi fardlu ‘ain, apabila pelaksanaannya belum sempurna.


Kesimpulannya urutan Prioritas amal:

1. Amalan wajib yang bersifat dharuriyat (Jika tidak terwujud, maka kehidupan manusia akan

hancur atau musnah)

2. Amalan wajib yang bersifat dharuriyat di bawahnya.

3. Amalan wajib yang bersifat hajiyat (Jika tidak terwujud, maka kehidupan manusia hanya akan mengalami kesukaran.)

4. Amalan wajib yang bersifat tahsiniyat (Jika tidak terwujud, maka kehidupan manusia hanya akan kurang sempurna , tidak harmonis, kurang indah.)

5. Amalan wajib kifayah.

6. Amalan yang sunnah.

7. Amalan yang mubah.


Skala prioritas perkara dharuriyat :

1. Hifdzud-din. Menjaga agama.

2. Hifdzun-nafs. Menjaga jiwa.

3. Hifdzun-nasl. Menjaga keturunan.

4. Hifdzul-karamah. Menjaga kehormatan.

5. Hifdzul-aql. Menjaga akal.

6. Hifdzul-mal. Menjaga harta.


Contoh : 

1.Memberi nafkah untuk kebutuhan makan adalah perkara dharuriyat. Kebolehan berhutang untuk nafkah adalah perkara hajiyat. Membayar hutang tepat waktu adalah perkara tahsiniyat. Jika uang terbatas, maka memberi nafkah harus didahulukan dari membayar hutang

2. Makan untuk menjaga jiwa adalah perkara dharuriyat. Kewajiban mencari nafkah dengan berburu adalah perkara hajiyat. Kewajiban makan daging yang halal adalah perkara tahsiniyat. Jika di hutan tidak ditemukan binatang buruan kecuali babi, maka makan daging babi untuk menjaga jiwa harus didahulukan.

Minggu, 03 November 2024

Kecerdasan tampak dari adab

Kecerdasan Tampak Dari Adab


KH hafidz Abdurahman menyampaikan dalam satu kajian wali santri bahwa kesempurnaan akal (kecerdasan) terpancar dari adabnya (akhlak yang mulia).


Artinya tanda akal seseorang yang belum sempurna (bodoh) juga terpancar dari buruknya adab.


Berperilaku bukan melalui proses berpikir (akal), tapi PERASAAN-nyalah yang menjadi FAKTA.  


Perasaan yang buruk membuat semua fakta sebaik apapun dipandang buruk. 


Fenomena yang dalam bahasa jawa disebut sebagai Gebyah Uyah /  menyamaratakan sesuatu yang berbeda menjadi versi nya sendiri.


Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. A’raf : 179)

Rabu, 09 Oktober 2024

Karakter Jiwa Kesatria

Dalam kitab Ma’ayir Rujulah karya syeikh sholih Matar Disebutkan bahwa Jiwa ksatria /Rujulah yang harus dimiliki oleh laki-laki dan perempuan

berdasar Al-Qur'an dan Hadits Nabi menyebut Rujulah dengan kriteria:

 [1] Mengikuti Nabi dan Rasul'

 [2] Mendirikan shalat, menunaikan zakat; 

[3] Menjaga kebersihan' 

[4] Kuat, tegas dan tegar; 

[5) Sanggup mengemban tugas keagamaan; 

[6] Cerdas; 

[7] Takut kepada Allah; 

[8] Mengutamakan orang lain; 

[9] Baik; 

[10] Berbuat Ihsan; [11] Amar Makruf dan Nahi Munkar; [12] Memberi nasihat


Hubungan antara rujulah dengan akhlak yang baik : [13] Qanaah (merasa cukup/rela atas pemberian Allah) [14] Tawadhu (tidak sombong) [15] Menjaga Lisan [16] Ambisius [17] Berani [18] Dermawan [19] Pemaaf dan Penyabar [20] sabar [21] Amanah [22] Izzah [23] Adil [24] Mengakui Kelebihan Orang Lain [25] Menjaga Iffah (kesucian hati dengan mata , pendengaran, lisan dijaga) [26] Tafaul (optimis) [27] Mempunyai tujuan / target [28] Menjaga Muruah (harga diri) [29] Bersih [30] Mempunyai Ghiroh [31] Berilmu [32] Punya Rasa Malu [33] siap memikul tanggung jawab (bekerja/maisah, tanggung jawab politik,dsb) [34 ] Takwa [35] Taubat [36] memanfaatkan waktu [37] Mempunyai Himmah (cita-cita) yang tinggi [38] Bijak [39] Teguh, Tegar, dan Konsisten [40] Berhias dengan adab yang baik [41] Positif dalam berpikir dan tindakan [42] tawazun (seimbang) dan tawasuth (tidak ekstrem) [43] Menunaikan janji dan komitmen [44] Mengevaluasi dan menerangi jiwa (nafsu) [45] Penuh Kasih Sayang [46] Jujur


Bukan karakter Rujulah: [1] Sombong (angkuh]; [2] Taswif (suka menunda pekerjaan); [3] Mudah putus asa;[4] Mudah marah tidak karuan/tidak jelas; [5] Ghibah dan namimah; [6] Tergesa-gesa; [7] Merendahkan dan meremehkan orang lain; [7] Menyebarkan keburukan; [8] Mengingkari kebaikan orang; [9] Bakhil (pelit); [10] Tamak (rakus/serakah); [11] Hasad; [12] Mulut culas; [13] Malas; [14] Lemah himmah; [15] Berburuk sangka; [16] Dungu; [17] Menipu; [18] Bodoh; [19] Cabul dan bermulut kotor; [20] Berkhianat, dan tidak mempunyai komitmen kuat.

Rabu, 14 Agustus 2024

Quote Islami

“Siapa saja yang tidak sabar atas kesulitan dalam belajar, pasti umurnya dia habiskan dalam kesesatan akibat kebodohan. Sebaliknya, siapa saja yang sabar dalam belajar, ia akan meraih kemuliaan di dunia dan akhirat” (Ibnu Jamaah, Tadzkirah as-Saami’ wa al-Mutakallim, hlm 91).

Sabtu, 03 Agustus 2024

Potensi Akal

Dengan potensi akal, manusia mempunyai kelebihan dari binatang. Dengan Akal kita rela meninggalkan kesenangan jangka pendek demi meraih kebahagiaan jangka panjang. 

Gunakan akal sehingga kita memahami seruan taklif (tugas) dari Allah SWT. Itulah yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.

-Agung Nugroho Susanto -

Kamis, 18 Juli 2024

Niat Lurus Itu Menguatkan

NIAT LURUS ITU MENGUATKAN


Dalam kegiatan pengajian seluruh karyawan @tengklengbalak saya berpesan


“Sayang sekali kalau aktivitas bekerja tidak menjadi ladang pahala. Yaitu kerja dengan niat ibadah untuk gapai Ridho Allah SWT”


Rasulullah SAW bersabda

“Hanyalah amalan-amalan itu tergantung dengan niatnya dan setiap orang mendapatkan apa yang dia niatkan….”

(Sahih, HR. al-Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907)


Luar biasanya niat yang lurus itu menguatkan pelakunya. Kuat secara fisik dan kuat secara mental.


Segala aktivitas yang niatnya karena Allah (untuk dapat ridho-Nya), maka aktivitas berat jadi terasa ringan. Ya Karena perasaan ikhlas menguatkannya.


Sebaliknya yang niatnya dunia semata (harta, kedudukan, kepuasan, perasaan) semua terasa berat. Apalagi saat kesulitan menjerat.


Jadi kalau mudah putus asa, frustasi, sakit hati, patah arang.. maka cek kembali. Jangan-jangan salah niat!


Karena NIAT yang LURUS itu menguatkan!

Silahkan buktikan..

Selasa, 09 Juli 2024

Obat Lupa


Obat Lupa Ya Diingatkan


Lupa itu manusiawi. Justru bahaya kalau tidak bisa lupa. Bisa stress dibuatnya!


Bahkan dalam sholat ada yang namanya sujud sahwi. Yaitu apabila lupa / ragu jumlah rakaat.


Coach bisnis saya pernah berkata. Tugasnya atasan itu ya cerewet (mengingatkan). Jangan malah didiamkan saja. 


Makanya dikantor para manajer, supervisor, kadiv, dan leader saya suruh untuk cerewet (ingatkan berulang-ulang). Kamu jadi atasan itu harus cerewet! Begitu pesan saya. Karena ada yang ambil alih tugas bawahan saking sudah males ngingetin karyawan ndablek.


Juga setiap hari ada motivasi harian di grup kordinasi  kantor. Tujuannya juga agar tidak lupa. Diingatkan dengan kata-kata inspiratif.


Demikian juga dalam mendidik anak. Mereka harus selalu diingatkan. Jangan sampai orang tua capek, males, atau bosen. Bahaya! 


Bisa-bisa anak lupa bekal ilmu kehidupan. Atau bahkan lupa perjuangan, cinta kasih dan kasih sayang yang pernah diberikan. Akhirnya hilang penghormatan anak kepada yang membesarkan.


Jadi kembali apa obat lupa? 

Ya diingatkan! 

Sekian..


Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah…”(Al Baqarah :286)


Salam Sukses Berkah Berlimpah!