banyak memberi banyak menerima

banyak memberi banyak menerima

Selasa, 29 Agustus 2017

ZMOT



Di era internet sudah seharusnya anda mengoptimalkan semua channel online baik itu website, socmed, blog, market place, dll dll

Permudah konsumen untuk dapatkan informasi secara detail terutama terkait keunggulan produk anda. 

Fenomena ZmOt memaksa anda untuk selalu berfikir kreatif supaya merek anda diingat dan dipilih diantara puluhan/ratusan merek.

Salam Sukses Berkah Berlimpah! 

Senin, 28 Agustus 2017

Leader vs Manager



Leader fokusnya menginspirasi orang-orang yang dipimpinnya untuk bersama menggapai visi besar perusahaan.

Sedang Manager fokusnya untuk alokasikan sumber daya agar pekerjaan efektif dan efisien.

Sebagai pemimpin bisnis jadilah leader yang dibantu para manager untuk jalankan perusahaan. 

Jangan sampai pemimpin terjebak menjadi manager yang malah sibuk urusan operasional.

Nyonya Meneer dan Fenomena Zombie Company

Rhenald Kasali (Jawa Pos Photo)


MERINDING kita mendengar kabar bahwa perusahaan legendaris Nyonya Meneer dipailitkan kreditornya minggu lalu. Dengan begitu, pengelolaan pabriknya kini berada di tangan kurator untuk membayar hutang terhadap 35 orang kreditornya.

Kita merinding karena perusahaan ini banyak jasanya bagi anak-anak kita yang masa kecilnya telah dihangatkan  Minyak Telon produksi Nyonya Meneer. Belum lagi jamu Habis Melahirkan yang banyak digemari kaum ibu dan lain-lainnya.

Dengan menarik nafas panjang, saya sebenarnya tak enak hati menjelaskan fenomena yang sedang menjadi gejala global ini.  Namun karena banyak yang menanyakannya, baiklah saya jelaskan. Semoga keluarga alm. Nyonya Meneer tak keberatan dan diberi ketabahan dalam melewati masa-masa sulit mempertahankan legacy bisnis ini. Dan kita doakan semoga  bisa kembali melanjutkan usahanya kembali cemerlang.

 

Baiklah, kalau benar bahwa perusahaan sudah lama tak mampu memenuhi kewajibannya membayar hutang, maka bisa jadi ini sebenarnya fenomena Zombie Company.  Sekali lagi kalau berita-berita yang kita baca itu benar adanya. Saya sendiri berharap tidak demikian tentunya.

Namun ini perlu diwaspadai negara, sebab setelah pertumbuhan ekonomi dunia melambat, dunia sedang dikuasai perusahaan Zombie dan dibanjiri zombie product, termasuk di sini.  Kalau ini dibiarkan maka ia bisa menghantui banyak kehidupan usaha seperti "rasa takut" yang sedang beredar yang seakan-akan daya beli benar-benar hancur.

Untuk jelasnya saya ajak anda mengingat-ingat kembali  zombie  dalam film-film science fiction yang kadang horor kadang jenaka. 

Karena film yang mengulas tentang zombie cukup banyak (antara lain Lincoln vs Zombie), maka ia menjadi begitu populer. Singkat cerita zombie adalah mayat  berjalan. Ia sebenarnya sudah mati, tak ada lagi sumber darahnya, tetapi karena satu dan lain hal tidak  dikubur.  Anda mungkin masih ingat Merpati Airlines? Layanan pesawatnya  sudah tak anda lihat lagi bukan? Tapi dia masih ada, belum dikubur. 

Hidup dari Utang

Zombie  tak ada lagi sumber darahnya lagi, juga tak berjiwa. Ruh itu dalam bisnis adalah sumber inovasi. Dulu sewaktu alm Nyonya Meneer masih hidup perusahaan ini aktif mengeluarkan produk baru. Ini sama persis dengan perusahaan-perusahaan lain yang mengandalkan keahlian foundernya. 

Biasanya, begitu founder wafat kalau tak ada penerus yang punya passion dalam industri, inovasi ikut pudar.

Syukur kalau saat founder masih ada, kendati sudah tak aktif lagi, inovasi masih bisa dikembangkan. Mustika Ratu kendati bu Moeryati sudah tak aktif masih mengeluarkan minuman kolangkaling, Kalbe masih mengeluarkan Hydrococo, dan seterusnya. Itu yang bagus. Inovatif dan berhasil.

            Setelah Nyonya Meneer wafat (1978) kita tahu terjadi keributan diantara kelima ahli warisnya dan cucu almarhumah. Keributan itu baru berakhir setelah dua pemegang saham memutuskan keluar dan mendirikan Jamu Dua Putri Dewi di Surabaya. Saya sempat menemui keduanya di Surabaya pada tahun 1986. Mereka mengklaim sebagai pewaris keahlian meramu jamu yang dilatih langsung oleh ibunda.

Bila itu benar maka  sejak saat itu "ruh" mencipta yang amat dibutuhkan perusahaan pun bisa pudar. Tapi ternyata Jamu Dua Putri Dewi tak mampu berkembang menjadi besar. Bahkan tahun lalu ia diakuisisi oleh Kino dengan nilai yg tak besar, hanya Rp 29 miliar. Tapi ia mempunyai 30 resep jamu yang masih bisa dikembangkan. Artinya masih mencipta, walau kita tak tahu benar apakah itu inovatif atau tidak.

Nah kalau berhasil maka inovasi itu bisa menghasilkan  "darah" (cashflow) yang menggerakkan seluruh organ perusahaan. 

Nah perusahaan yang bergerak tanpa “ruh” menjadi tidak inovatif, menjadi rutinitas. Tak ada ada hal-hal baru lagi yang menggairahkan semua pegawai. 

Perusahaan tanpa ruh adalah ibarat Perguruan Tinggi Negeri yang dipimpin oleh Rektor yang maaf, numpang duduk di jabatan tertingginya. Ia hanya asyik memimpin seremonial, tak ada sesuatu yang baru dari kepemimpinannya. Ia hanya menjalankan SOP kementrian, tak membesarkan "kue" yang dipercayakan kepadanya.

Selain ada di satu-dua PTN, fenomena ini juga ada di perusahaan pelat merah, anak-anak perusahaan pelat merah atau perusda yang gagal meraih pemimpin transformasi. Tetapi kini juga banyak ditemui di sektor swasta. 

Lama-lama bangunannya menjadi kusam, pegawainya semakin tua dan kurang sentuhan, orang muda tak lagi ditemui, sistem keuangan masih  jadul, IT sulit diimplementasikan, pabrik kurang diperbaharui, jaringan distribusi ya begitu-begitu saja, lalu sales makin susah dinaikkan.

Jadi tak ada lagi perjuangan membangun hal-hal baru. Semuanya hanya meneruskan yang sudah ada saja. Bahkan yang sudah kusam, tak laku, tak relevan lagi terus dipelihara, masih itu-itu saja yang diperdagangkan.

Zombie company akhirnya hidup dari hutang atau menjual aset-aset yang ada secara bertahap (tidak revolusioner). Hanya supaya bisa bergerak. Bahkan dibiayai dengan bad debt atau cek kosong.

 

Siapa Mereka?

Adakah diantara zombie itu yang baik?

Tidak ada! Zombie yang baik itu harusnya sudah dikubur. Jangan dibiarkan bergentayangan. Karena mereka akan menyebarkan rasa takut dan kesulitan bagi yang hidup dan masih punya masa depan.

Yang saya khawatirkan, di Indonesia ini fenomena zombie semakin banyak. Sebab bagi sebagian orang menutup perusahaan itu sungguh memalukan. Apalagi dinyatakan pailit. Direktur-direktur dan pemegang sahamnya bisa masuk dalam daftar hitam perbankan. 

Ia eksis karena dipelihara orang-orang tertentu yang bisa menikmati aset-asetnya yang tak terpakai. Ruang kerja, kartu nama, fasilitas gudang, tanah, kendaraan, dan bisnis-bisnis turunannya. Masih ada yang bisa dipakai untuk kegiatan perorangan.

Di Jepang, menurut  Bloomberg fenomena perusahaan zombie  mulai menyeruak pada 1990-an saat industri Jepang mulai dikalahkan Korea dan Tiongkok. Mereka bertahan hidup—meski tak mampu membayar kreditnya—berkat sikap lunak pemerintah dan kreditor yang khawatir kalau  dipailitkan  akan berdampak buruk terhadap laporan keuangan kreditor. 

Alhasil, sampai Maret 2017 lalu, memang tak satu pun dari sekitar 4.000 perusahaan publik di Jepang yang dipailitkan. Padahal, banyak di antara mereka yang bisnisnya sudah terdisrupsi.

Contohnya Toshiba, Sharp, atau Sanyo. Sharp selama bertahun-tahun nyaris bangkrut sampai  diambil alih oleh Foxconn dari Taiwan. Bisnis Sanyo pada 2009 diambil alih Panasonic. Sedangkan Toshiba tak lagi terdengar geliat inovasinya setelah kejayaannya dalam produksi laptop. 

Kita jangan silau dengan perekonomian Korea Selatan dan Tiongkok. Industri perkapalan Korea kini terpukul akibat menurunnya perdagangan global. Maret silam bank-bank pemerintah di sana  memberikan pinjaman USD 2,6 miliar ke Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering Co. dan mengkonversi utangnya dengan saham. Padahal, dua tahun kemudian Daewoo Shipbuilding, mesti melunasi utang jangka pendeknya yang mencapai USD 4 miliar!

Mengutip data dari Bank of Korea dan Financial Supervisory Service, Financial Times 25 Mei 2017   menulis, ada lebih dari 3.278 perusahaan zombie di Korea Selatan. Sebanyak 232 di antaranya adalah perusahaan publik. Angka ini naik 17% ketimbang tahun 2012. 

Padahal, perusahaan-perusahaan zombie itu diperkirakan mempekerjakan sekitar 100.000 karyawan,  setara dengan 4,5 persen PDB negara itu.

Saya masih bisa memperluas kolom ini dengan mengingatkan para regulator bahwa dewasa ini dunia tengah dikepung produk-produk zombie yang dihasilkan perusahaan yang nyaris mati. Itu amat mengganggu beberapa sektor usaha kita yang bisa menjadi lesu. Tapi lain kali saja.

Kita kembali saja ke Nyonya Meneer dan nasib kita dalam memimpin perusahaan. Begini, sebelum berubah menjadi zombie company, biasanya perusahaan larut dulu menjadi lazy company. Ya malas.

Saat uangnya banyak, mereka berfoya-foya, uangnya cuma ditabung, inovasi tidak ada yang baru, riset juga tidak ada. Pokoknya tak ada tabungan untuk bertahan di hari esok. Yang ada hanya warisan masa lalu. Padahal gaya hidup dan masalah yang dihadapi konsumen berubah terus. 

Seperti yang saya gambarkan dalam buku saya yang terbit tahun ini, Disruption, melanda semua perusahaan kita apapun sektor usahanya. Kalau anda berada di perusahaan besar mudah membaca dashboardnya: EBITDA margin anda masih besar, tapi DERnya kecil sekali. Begitulah salah satu cara membaca gejala lazy company.

Tapi sekarang itu meramalkan kematian perusahaan jauh lebih mudah dari melamalkan keherhasilannya. Maka itu hindarilah perangkap lazy company sekarang juga dengan menabung masa depan melalui inovasi dan orang-orang muda yang dinamis dan mau bergerak. Semoga saja Nyonya Meneer bukan fenomena yang saya sebutkan di atas. Saya mendoakan ia bisa selamat dan panjang umur meski capek juga ya berdiri sejak 1919? (*)

Great Person



Orang hebat sudah miliki basic karakter yang hebat. Untuk bangun Great Team temukanlah orang2 hebat (great person) saat proses rekruitmen. 

Salam Sukses Berkah Berlimpah!

Digital Disruption



DIGITAL DISRUPTION SUDAH MENCAPAI TITIK MATANG

Tanpa kita sadari Digital Disruption sudah terjadi sejak 20 tahun yang lalu dan akan menggulung semua industri. Digital Disruption yang terjadi didepan mata di Indonesia adalah Go-Jek mendisrupt Bluebird. 

Bluebird adalah perusahaan transportasi raksasa di Indonesia. Sedangkan Go-Jek bukan perusahaan transportasi. Go-Jek adalah perusahaan anabler alias solusi pemasaran lewat digital. Kok bisa? 

Contoh Digital Disruption lain adalah bagaimana PT Pos Indonesia terdisrupt oleh e-mail, dan berbagai messenger, gara-gara terlambat mengantisipasi perubahan PERILAKU konsumen. Nah, PERILAKU adalah kata kuncinya.

Nah bagaimana perusahaan anda yang besar saat ini, bisa beradaptasi dan bertahan sehingga nama besar anda menjadi legenda seperti Kodak atau Nokia?

Pada tahun 1995, perusahaan music, photography dan video rental sudah menjadi korban Digital Disruption. Sang raksasa music dan video rental sekelas Disctara pun tumbang.

Pada tahun 2000, bisnis Print Media, bisnis televisi, bisnis Travel Agent dan Human Resource pun kehilangan konsumennya karena terlibas Digital Disruption.

Pada tahun 2015, industry Finance, Healthcare, Automotive, Retail, Education dan telco tidak luput dari Digital Disruption. Perbankan, industri taksi, took retail, sekolah dan telekomunikasi harus berbenah kalau masih mau eksis.

Nah, pada tahun 2020 semua perusahaan yang selamat sampai saat ini pun bakal punah karena tak luput dari Digital Disruption. Bagaimana dengan perusahaan anda? Masih juga belum melakukan digital marketing? Masih mau mempertahankan fenomena marketing masa lalu? Maka bersiaplah untuk punah.

Karena pilihannya adalah : Berubah atau punah.

Subiakto Priosoedarsono - Praktisi Brand Disruption

*Terinspirasi oleh tulisan mas Tuhu Nugraha Dewanto

Solusinya dibahas mendalam di http://subiakto.automatgram.com/item/1761

Hidup Sesuai Tuntunan



Hidup di ranah apapun, baik dikeluarga/rumah tangga/masyarakat/pekerjaan/ekonomi/politik dll bila tidak sesuai dengan aturan yang Allah SWT tetapkan maka akan hasilkan kemudharatan/kerusakan.
.

Perbaiki dengan kembali kepada petunjuk jalan yang lurus, jalan yang Allah SWT ridhoi, yaitu sesuai syariat Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.

"...Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri." (QS. An Nahl:89) 



Fokus Tetapkan Prioritas


Untuk menjadi pemenang yaitu dengan FOKUS pada keunggulan.

Fokuslah pada kekuatan utama untuk rebut "bukit-bukit" utama, di bagian yang lemah sumber daya tidak perlu dikonsentrasikan.

Kontras menghadapi Disruption

5 Cara Menunjukkan Kontras Menghadapi Era Disruption

Hal yang terjadi pada kebanyakan orang atau bahkan institusi/organisasi/perusahaan adalah kemampuan untuk melihat dan merasakan adanya perubahan. 

Apalagi dalam era disruption seperti sekarang ini. Seperti yang tertulis dalam buku Prof. Rhenald Kasali, para pendatang baru tersebut adalah mereka yang tidak kelihatan. Namun, “tidak kelihatan” bukan berarti tak kasat mata. Hanya saja, sebagian besar dari kita tidak menyadari pentingnya kemampuan untuk “membaca” bahkan untuk “melihat”.

Untuk mengahadapi era disruption, mengajak tim untuk mampu “melihat” dan “membaca” adalah sebuah awal yang bisa dilakukan sebelum merumuskan langkah selanjutnya.
Oleh karena itu, salah satu cara mengajak orang-orang lain untuk melihat (sebelum menuju tahapan membaca) adalah dengan menunjukkan kontras. 

Berikut merupakan beberapa cara bagaimana mengajak untuk melihat kontras, di antaranya:

1. Fokus
Fokuskan dua perbedaan secara mencolok, jangan lebih. Tanyakan pada tim kita mengapa keduanya berbeda dan mintalah analisis mereka mana yang lebih baik (lihat lebih jauh dalam Bab 4 buku Disruption oleh Rhenald Kasali).

2. Hindari penyajian yang kompleks
Penyajian yang kompleks hanya membuat orang bingung dan sulit menangkap esensi sebuah pesan.

3. Piknik.
Piknik ke luar negeri, mengunjungi pasar/produsen di negeri orang atau di perusahaan milik orang lain dapat menimbulkan gambaran yang kontras antara “kita” dengan “mereka”.

4. Pengalaman.
Bawa tim kita untuk mengalami sendiri sesuatu yang berbeda di tempat lain. Atau bawa tim baru dari dunia lain untuk melakukan sesuatu di tempat kita.

5. Pareto.
Dalam bisnis berlaku hukum pareto 80/20. Fokuskanlah pada perubahan 20% yang memberikan konstribusi terbesar. Carilah penyebab kerugian terbesar, atau pemberi kesempatan terbesar yang biayanya tidak terlalu besar. Dengan menunjukkan satu atau dua penyebab, maka kita bisa memperbaiki sesuatu secara bertahap.
Adakalanya sesuatu yang kontras di mata kita belum tentu dilihat sebagai sebuah kontras oleh mata orang lain di dalam tim. 

Memperlihatkan suatu kontras memerlukan suatu seni tersendiri. Namun, kalau orang-orang yang menjadi tanggung jawab kita sudah terbiasa berinteraksi dengan dunia lain dengan berbagai hasil analisis dan terekspos dengan perubahan-perubahan itu maka menunjukkan suatu kontras bukanlah sesuatu yang sulit. Mereka bahkan dengan sangat cepat menangkap kontras itu dan memfokuskan pada satu atau dua variabel yang harus ditangani dengan cepat.

Pada akhirnya, kejelian melihat kontras adalah keniscayaan yang perlu dimiliki setiap orang dalam menghadapi era perubahan yang begitu cepat dan tak terduga. Hanya dengan mampu membuka mata, seseorang bisa dengan mudah mengidentifikasi suatu peristiwa bahkan dari gejala-gejala awal yang mulanya sulit terlihat. 

Dengan begitu, “membaca” keadaan pun bisa dilakukan sebagai sebuah langkah untuk merumuskan strategi menghadapi disruption.
Tulisan lengkapnya bisa Anda baca di buku Prof. Rhenald Kasali yang berjudul Disruption: Menghadapi Lawan-Lawan Tak Kelihatan dalam Peradaban Uber. 

Untuk memperdalam hal tersebut, Anda juga bisa mengikuti pelatihan Reformulating Strategy in the Era of Disruption.

http://www.rumahperubahan.co.id/blog/2017/08/16/5-cara-menunjukkan-kontras-menghadapi-disruption/

Rumus Menangkan Persaingan Bisnis

Materi ini pernah saya posting, Rangkuman  singkatnya: 

1. UNIK: Untuk memenangkan persaingan bisnis anda harus ciptakan SUPERIOR VALUE pada bisnis anda, jangan malah ikuti gaya kompetitor namun jadilah berbeda. 

.
2.EMOSI : "83 % Transaksi penjualan terjadi karena pembeli menyukai penjualnya, bukan semata-mata karena produknya" ~Kerry L Johnson 

.
3. KREATIF : Produk yang dijual dengan cara yang kreatif akan menjual dengan sendirinya karena menjdi bahan perbincangan orang (viral) sehingga tidak butuh biaya pemasaran yang terlalu besar. 

.

.
Salam Sukses Berkah Berlimpah! 

.
#sukses #inspirasi #motivasi #suksesberkah #suksesmulia

Intangible Assets

KETIKA YANG TIDAK KELIHATAN ITU LEBIH BERNILAI
 
Dulu bisnis yang dianggap paling berhasil itu adalah yang aset fisiknya paling banyak. Punya mesin paling banyak. Punya kantor cabang paling banyak. Punya gedung paling tinggi. Termasuk punya karyawan (akhirnya karyawan dianggap sebagai aset, bukan cost) paling banyak. Semakin banyak aset fisik yang dimilki perusahaan itu, maka makin gagah dia. 
 
Sekarang zaman sudah berubah. Perusahaan-perusahaan yang  mendapatkan valuasi pasar sangat tinggi justru tidak punya aset. Uber, perusahaan jasa transportasi terbesar di dunia tidak memiliki armada transportasi dan tidak menggaji satu driver sekalipun. Nilai valuasi pasar Uber hari ini mencapai USD 69 Miliar. AirBnB adalah penyediasa jasa akomodasi penginapan terbesar di dunia. AirBnB tidak memiliki satu kamar sekalipun. Nilai valuasi pasarnya mencapai USD 30 Miliar, sama dengan nilai pasar chain hotel Marriott International.
 
Selamat datang di dunia baru, dimana yang tidak terlihat justru memiliki nilai lebih tinggi dari yang yang kasat mata. Silakan lihat graphic: Data dari perusahaan-perusahaan besar yang tergabung dalam S&P 500 di tahun 1975, menunjukkan bahwa kontribusi aset yang tidak terlihat (intangible assets)  terhadap nilai pasar (market value) kurang dari 20 persen. Di tahun 2015 kontribusinya meningkat drastis hingga lebih dari 80 persen. 
 
Apa saja yang termasuk aset yang tidak terlihat? Merek (brand). Ini jelas. Kekuatan dari nilai merek ini sudah ditulis ribuan kali oleh pengamat bisnis terutama mereka yang  fokus dalam bidang branding. Sayangnya butuh waktu lama (tahunan, belasan bahkan bisa  puluhan tahun) untuk membangun merek yang punya nilai tinggi. Sementara saat ini ronde pertempuran bisnis jauh lebih pendek. Kita harus cepat mendongkrak nilai bisnis kita, atau dilibas pesaing.
 
Untungnya beda zaman beda pula aset yang bisa dimainkan. Saat ini ada aset tidak terlihat yang bisa kita 'mainkan' secara cepat untuk mendongkrak nilai bisnis kita, yaitu networks, platforms, intellectual property, customer relationships, dan big data. 
 
Seberapa baik bisnis Anda mampu membangun jejaring kuat dengan sebanyak mungkin stakeholder industri? Apakah bisnis Anda bisa menjadi platform yang menciptakan nilai tambah bagi para pemain di pasar yang Anda layani? Seberapa banyak hak kekayaan intelektual yang Anda miliki? Bagaimana hubungan yang Anda jalani dengan pelanggan Anda saat ini? Seberapa cepat dan seberapa banyak Anda bisa mengumpulkan dan mengolah data pelanggan?
 
Bagi Anda para pelaku usaha kecil dan menengah, ini adalah kabar gembira. Teknologi telah mendemokratisasi industri. Siapapun bisa bersuara sekarang. JIka Anda mampu bersuara lebih lantang dari para raksasa industri, ada peluang Anda yang kecil bisa lebih didengar oleh pasar. Syaratnya, dongkrak aset tak terlihat Anda secepat mungkin. Kemudian mulai dengan bermain di pinggiran agar tidak membangunkan sang raksasa. Ketika Anda semakin kuat, maka serang sang raksana saat ia sedang lengah. Daud bisa menang lawan Goliat.
 
Bagi Anda para pemain utama di Industri. Anda adalah Goliat yang tengah diincar oleh Daud. Jangan pongah. Jangan lengah. Apa yang dulu membuat Anda besar tidak lagi menjadi keunggulan kompetitif Anda. Bahkan semua itu justru bisa jadi kelemahan Anda. Tubuh besar Anda yang tambun membuat Anda jadi lamban bergerak. Keberhasilan Anda di masa lalu menjadi tabir penutup Anda dalam meneropong masa depan. Ingat sudah banyak Goliat yang jatuh oleh Daud.
 
Pertanyaannya bagi Anda bukanlah apakah Anda sanggup atau tidak.
Melainkan apakah Anda mau atau tidak.
 
Mau?
Yakin?
Please check again.
 
Indrawan Nugroho
Business Innovation Consultant
CorporateInnovation.Asia 

Gabung di Klub Inovator Bisnis - Indrawan Nugroho
Dapatkan tulisan dan insight Inovasi Bisnis sekarang

Think C.R.A.Z.Y


Buku yang ditulis oleh mantan CEO Pertamina ini mengajarkan tentang metode marketing "Think Like  There Is No Box!" Dimana ketika yang lain berdarah-darah malah bisnis anda bisa muncul menjadi pemenang.

Combining : Menggabungkan dua hal yang awalnya tidak berhubungan. Berupa fitur/tahapan/proses apa yang bisa digabungkan.

Reducing : Menghilangkan hal-hal yang hanya menambah biaya dan tidak berikan nilai tambah. 

Adventuring : Memperhatikan industri lain di luar industri yang digeluti

Zooming : Memperluas pandangan dalam melihat suatu persoalan. Dengan mendefinisikan ulang bisnis/produk/jasa yang ditawarkan secara luas.

Yoyoing : Melihat dari berbagai perspektif

Salam Sukses Berkah Berlimpah!