banyak memberi banyak menerima

banyak memberi banyak menerima

Rabu, 15 Maret 2017

Dosa sebab timbulnya banyak ujian

Baru saja selesai jadi pemateri seminar di Universitas Muhammadiyah Riau. 

Seperti biasa diawali acara sambutan ceremony lalu dilanjut materi oleh beberapa pemateri dan diakhiri dengan tanya jawab. 

Yang cukup menarik karena saya bahas tentang bisnis berkah sukses dunia dan akhirat yaitu salah satunya menjaga diri dari dosa, seorang peserta bertanya betulkah dosa kan menjadi sebab timbulnya banyak ujian cobaan? Lalu bagaimana dengan ada orang yang sukses padahal suka bermaksiat?

Saya jawab benar bahwa dosa itu bisa jadi sebab orang ditimpa cobaan, seperti dalam hadits ini:
"Tidaklah seseorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya”. (HR. Bukhari no. 5641)


“Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengan dosa-dosanya”. (HR. Muslim no. 2573).

Artinya ketika Allah SWT masih sayang, seseorang kan diberi cobaan-cobaan hidup tak lain adalah sebagai penghapus dosa. 

Namun bila Allah SWT sudah murka justru sebaliknya, orang maksiat malah diberi kenikmatan-kenikmatan hidup. Ini namanya istidraj.

Dari Uqbah bin Amir rodhiyallohu ‘anhu, Nabi shollallohu ‘alaihi wasalam bersabda,
“Apabila kamu melihat Alloh Ta'aala memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba apa yang ia sukai, sedangkan ia dalam kemaksiatannya/kedurhakaannya, maka pemberian-Nya itu termasuk istidraj/hukuman dari-Nya.”


Kemudian Nabi membaca firman Alloh Ta'aala :“Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” [QS. Al-An’am: 44]
[HR. Ahmad no.17349, Thobrani dalam Al-Kabir, ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar